Membaca Al-Qur’an Menjauhkan dari Maksiat

Menjauhkan Maksiat Dengan Membaca Al-Qur’an

Ciri khas al-Qur’an adalah membacanya ~baik lancar atau terbata-bata~ dinilai ibadah.  Berbeda dengan kitab lain. Pahala membaca al-qur’an dihitung huruf per huruf sedangkan membaca kitab lain tergantung niat-nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala,” [Potongan Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(898), kitab Al-Musafirin wa Qashruha, bab. 38]

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka akan memperoleh satu kebaikan. Setiap satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)

Selain hadits di atas, Rasulullah SAW juga menyebut keutamaan membaca al-qur’an dalam banyak hadits. Di antaranya:

Pertama, Dari Abi Umamah ra. Ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Bacalah olehmu Al-Quran, sesungguhnya ia akan menjadi pemberi syafaat pada hari kiamat bagi para sahabatnya”. (HR Muslim). Yang dimaksud sahabat Al-Quran adalah orang-orang yang senantiasa berinteraksi dengannya. Baik itu membaca, menghafal, mentadabburi, mengajarkan dan sebagainya. Orang-orang yang dekat dengan Al-Quran ini kelak pada hari penghitungan amal akan mendapat ‘bantuan’ dari Al-Quran. Ia akan datang menjadi saksi bagi kita.

Kedua, Mempelajari al-qur’an dengan membacanya merupakan sebaik-baik mukmin. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan yang mengajarkannya”. (HR. Bukhari)

Ketiga, Membaca al-qur’an akan memberi Ketenangan pada Jiwa. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala di surat Ar-Ra’d ayat ke-28: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. Diantara dzikir yang paling utama adalah dengan membaca Al-Quran.

Keempat, membaca al-qur’an akan mendapat Rahmat serta Naungan dari Malaikat

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di suatu masjid, sedangkan mereka membaca Al-Quran dan mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenteraman, mereka diliputi dengan rahmat, malaikat mengelilingi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)

Kelima, membaca al-qur’an  bisa menjadi obat penawar hati.

Sombong, riya, ujub, suudzon dan semisalnya adalah penyakit hati. Dengan membaca Al-Quran, penyakit hati secara perlahan dapat dibersihkan. Hal ini sesuai dengan hadits riwayat Imam Al-Baihaqi yang berbunyi: Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu, Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya hati ini (bisa) berkarat sebagaimana besi apabila terkena air.” Seorang sahabat bertanya, ‘Bagaimana cara menghilangkan karat tersebut, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: “Perbanyak dzikir dan membaca Al-Quran.“

Tambah takwa dan derajat berarti jauh dari maksiat

Hasungan senantiasa membaca al-qur’an tentu sarat hikmah dan manfaat. Menurut saya, benang merah manfaat adalah bertambah takwa dan naik derajat di sisi Allah SWT.

Logikanya, ahli maksiat tidak mungkin bertambah iman dan naik derajatnya di sisi Allah SWT. Ahli maksiat tidak mungkin tenang hatinya. Ahli maksiat tidak akan mendapat rahmat dari malaikat. Ahli maksiat tentu bukan sebaik baik seorang mukmin. Ahli maksiat kecil kemungkinan mendapat syafaat di hari kiamat.

Untuk itu, rumus jitu untuk menghindari maksiat adalah dengan banyak membaca al-qur’an. Karena, dengan membaca al-qur’an hati akan tenang. Dengan membaca Kalam Allah akan selalu mengingatkan diri kita kepada-Nya. Dengan membaca al-qur’an berarti kita sedang berdzikir; mengingat Allah SWT.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ() الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa zikir itu mendorong seseorang untuk menggunakan akalnya dalam melihat kebesaran Allah SWT dan mensyukuri segala apa yang telah diciptakan-Nya. Sehingga tadabur ini akan mencegah dari perbuatan yang Allah SWT larang.

Membaca al-qur’an disebut sebelum menjelaskan shalat mencegah dari fahsya’ dan mungkar.

Allah SWT menjelaskan bahwa shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Allah berfirman,

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-Ankabut 45]

Dari ayat di atas, shalat yang di dalamnya bacaan al-qur’an bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Jadi, bacaan al-qur’an mempunyai peranan penting dalam mencegah dari maksiat.

Setiap orang yang jarang shalat atau jarang baca al-qur’an hatinya akan berkarat sehingga lupa Allah dan sering bermaksiat. Di sinilah peran bacaan al-qur’an.

Dari Sayyidina Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat jika terkena air.” Sahabat bertanya “Ya Rasulullah, apakah pembersihnya?” Beliau bersabda: “Banyak Mengingat Maut dan Membaca Al-Qur’an” (H.R. Baihaqi, dari Kitab Asy-Syu’ab)