Allah Menurunkan Al-Qur’an sebagai Hidayah

                Saudara-saudaraku seiman, ashāimīn washāimāt yang berbahagia. Allāh Subhānahu wa Ta’āla menurunkan Al-Qur’ānul Karīm sebagai hidayah (petunjuk) bagi orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla firmankan:

 ذَٰلِكَ ٱلْكِتَـٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًۭى لِّلْمُتَّقِينَ

“Inilah Al-Kitab (Al-Qur’ānul Karīm) yang tidak ada keraguan di dalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” {{(QS. Al-Baqarah [2]: 2)}}

                Maka inti dan hakikat daripada diturunkannya Al-Qur’ān agar kita menjadikannya sebagai petunjuk. Kita pahami, kita baca dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai petunjuk kita dalam beramal dalam kehidupan dunia. Tentu jika ingin Al-Qur’ānul Karīm dijadikan petunjuk, tahapan awalnya kita baca terlebih dahulu. Kita baca, kita perbaguskan bacaannya, kita perbaiki bacaan kita. Dan bulan Ramadhān adalah bulan (momen) yang sangat penting untuk kita memperbaiki bacaan, memperbanyak bacaan. Namun jangan lupa diiringi dengan memahami, mentadabburi dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dengan demikian harapannya adalah kita telah berupaya untuk menjadikan Al-Qur’ān sebagai petunjuk kita, sebagai sebab kita mendapatkan hidayah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Karena itu Imam Asy-Syafi’i pernah mengatakan dalam kitabnya Ar-Risalah. Beliau rahimahullāh mengatakan:

 فعلى كل مسلم أن يتعلم من لسان العرب ما بلغه جهده حتى ويتلو به كتاب الله، وينطق بالذكر فيما افترض عليه

                Maka wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari bahasa Arab ini, yang dapat ia sanggupi untuk dijangkau. حتى ويتلو به كتاب الله Kemudian setelah itu Al-Imam Asy-Syafi’i mengatakan: Agar dengannya (bahasa Arab) kita bisa membaca Al-Qur’ān dan ini adalah proses awal kita mengambil hidayah dari Al-Qur’ān. Maka di bulan puasa (Ramadhān) yang penuh dengan keberkahan ini, momen yang sangat penting bagi siapa saja di antara kita yang masih belum lancar membaca Al-Qur’ān atau masih terbata-bata membaca Al-Qur’ān atau tidak memahami hukum-hukum tajwid dalam Al-Qur’ān untuk mempelajarinya dan ini adalah kewajiban bagi setiap muslim, kata Imam Asy-Syafi’i sebagaimana disebutkan tadi. Dan sekaligus kita ingin meluruskan pemahaman sebagian kaum muslimin yang kurang tepat bahwasanya belajar bahasa Arab itu mereka mengatakan konotasinya adalah belajar kaidah-kaidah bahasa Arab, kaidah-kaidah ilmu nahwu dan sharaf.

                Padahal tadi disebutkan oleh Imam Asy-Syafi’i rahimahullāh langkah awal kita bisa bahasa Arab itu adalah dalam rangka membaca Al-Qur’ān. Maka jangan lupa, jangan timpang kita sibuk belajar nahwu dan sharaf, kita sibuk belajar kaidah-kaidah bahasa tetapi ketika terkait dengan bacaan Al-Qur’ān kita masih belum benar. Maka dari sini tujuan awal bahkan pondasi awal belajar bahasa Arab adalah dalam rangka agar kita bisa membaca Al-Qur’ān, agar kita bisa tilawah Al-Qur’ān dengan benar.

                Maka mari kita sama-sama memanfaatkan bulan Ramadhān yang penuh dengan ketaatan, bulan yang penuh dengan barakah (kebaikan-kebaikan) kita jadikan sebagai momen kita memulai memperbaiki tahap awal bacaan Al-Qur’ān kita, mempelajari kaidah-kaidah tajwid dan memperbagus bacaannya. Karena ini adalah kewajiban bagi setiap muslim kata Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullāhu ta’āla. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan dorongan kepada kita semua untuk terus belajar dan terus tilawah dan terus memahami, mentadabburi Al-Qur’ān agar menjadikannya sebagai petunjuk kita dalam kehidupan sehari-hari.