HOMETOWN “PULANGLAH DAN BUAT ORANG TUA BAHAGIA”

Sekali lagi, banyak hadits yang membahas tentang birrul  walidain, lebih khusus untuk ibu. Di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Al-Miqdam bin Ma’di Kariba:

 عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِ ي كَرِبَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِأُمَّهَاتِكُمْ ثَلَاثًا إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِآبَائِكُمْ إِنَّ اللَّهَ يُوصِيكُمْ بِالْأَقْرَبِ فَالْأَقْرَبِ. (رواه ابن ماجه).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah berwasiat kepada kalian supaya berbakti kepada ibu kalian—beliau ucapkan hingga tiga kali, berbakti kepada bapak kalian, berbakti kepada kerabat dari yang paling dekat hingga seterusnya.”

            Seperti pada hadits lain. Dalam hadits ini Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan wasiat agar anak berbuat baik kepada ibu. Wasiat itu diulang 3 kali pengucapannya, sebagai penguat. Menunjukkan agung dan mulianya ibu kita. Ibulah yang mengandung selama kurang lebih 9 bulan. Kemudian melahirkan dengan bertaruh nyawa. Setelah itu masih menyusui hingga 2 tahun. Kemudian merawat dan mendidik. Berat dan besar perngorbanan sang ibu. Karena itu baru yang keempat menyebutkan wasiat untuk berbakti kepada ayah. Sang bapaklah yang mentarbiyah, menafkahi, dan menjaga anak. Namun, dibandingkan dengan ibu masih jauh.

            Abdullah bin Amr menceritakan bahwa pernah ada seseorang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak membai’at beliau untuk hijrah. Orang itu sampai meninggalkan kedua orangtuanya menangis. Beliau bersabda,

“اِرْجِعْ إِلَيْهِمَا، وَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا”. (رواه أبو داود).

“Pulanglah, dan buat kedua orang tuamu tertawa sebagaimana kamu telah membuatnya menangis.”

            Salah satu yang dituntut dari seorang anak terhadap orang tua adalah setiap bertemu harus menyenangkan. Jangan sampai membuat susah orang tua atau mencemarkan nama baik orang tua. Tak sepatutnya membuat orang tua menangis atau terasa pedih karena kita. Sekali lagi, bagaimana anak berusaha membuat hati kedua orang tua selalu merasa senang dan gembira. Konon dulu ada seorang laki-laki datang ke Madinah untuk berhijrah. Dia minta baiat kepada Rasul untuk tinggal di Madinah. Hidup menetap bersama sahabat-sahabat Rasul yang lain. Suatu niat yang baik, di mana hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah:

 فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ. (رواه البخاري)

‘Barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya.’

            Dalam kesempatan lain akhirnya diketahui bahwa kepergiannya membuat kedua orang tuanya menangis. Sedih dan susah karena berpisah dengan anaknya tersebut. Rasulullah  yang kemudian mengetahuinya bersabda kepadanya,

 اِرْجِعْ إِلَيْهِمَا، وَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا

‘Kembalilah pulang menemani orang tuamu, buatlah tertawa sebagaimana sebelumnya engkau telah membuat keduanya menangis.’

            Dengan dasar hadits tersebut, seorang anak harus berusaha membuat kedua orang tuanya senang. Seandainya perlu bepergian untuk mencari ilmu, misalnya, atau berdagang, bahkan jihad sekalipun harus bermusyawarah dan minta izin kepada keduanya. Jangan sampai membuat orang tua menangis dan bersedih karena merasakan berat berpisah dengan anak.

عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ. (رواه البخاري).

‘Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Datang seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta izin untuk ikut berjihad. Beliau bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Iya!’ Beliau bersabda, ‘Kepada keduanyalah kamu hendaknya berjihad (dengan berbakti).” Berkata Hafizh Ibnu Hajar, “Jika kalian masih mempunyai kedua orang tua, maka datanglah kepadanya dan bersungguh-sungguh untuk berbuat baik dan berbakti kepada keduanya. Sesungguhnya kedudukannya sama dengan jihad melawan musuh.”

            Hadits ini menunjukkan bahwa untuk berjihad diwajibkan minta izin kepada kedua orang tua. Mengapa? Karena berbakti kepada kedua orang tua sifatnya fardhu ‘ain. Bahkan berbakti kepada keduanya oleh Rasulullah disebut juga jihad. Bahkan jihad yang besar. Mu’awiyah bin Jahimah As-Salami bercerita,

 أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا. (رواه النسائي).

“Bahwa Jahimah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah saya ingin ikut berperang. Ini saya datang untuk meminta petunjukmu!’ Beliau bertanya, ‘Apakah engkau masih memiliki ibu?’ Ia menjawab,’ Ya!’ Beliau bersabda, ‘Jagalah ibumu itu, karena surgamu itu ada di bawah kakinya.” Maksud dari kalimat dalam ujung hadits tersebut bahwa barangsiapa yang berbakti kepada ibunya dengan menunaikan hak-haknya maka akan masuk surga.