gold mosque during sunset

KULTUM : 10 MUHARRAM

          Segala puji hanya bagi Allah, karena hanya Dia yang pantas dipuja dan dipuji. Hari ini, karena karunia dan rahmatNya kepada kita, kita bisa sampai ke tanggal 9 Muharram, ada apa dengan tanggal 9 Muharram? Besok kita masuk ke hari Asyura, tanggal 10 Muharram.

          Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau berhijrah meninggalkan kota Mekah menuju ke Kota Madinah, sesampainya di kota Madinah tepatnya pada tanggal 10 Muharram Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram.

          Maka beliau bertanya kepada mereka, “Ada apa ini?” Kenapa mereka berpuasa pada tanggal 10 Muharram? Apa jawaban orang-orang Yahudi?

هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّه بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا

“Ini adalah hari yang baik. Pada hari itu (10 Muharram) Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka (Fir’aun), maka Nabi Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur.”

Apa kata Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam?

فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ نَحْنُ نَصُوْمُهُ تَعْظِيْمًا لَهُ

“Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.” {{HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan yang lainnya}}

         Maka akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa pada tanggal 10 Muharram dan beliau perintahkan.

         Simaklah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kepada para sahabat untuk berpuasa pada hari itu. Dan para sahabat pun berpuasa pada tanggal 10 Muharram.

         Dan pada awal Islam, sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan, puasa 10 Muharram sempat menjadi kewajiban bagi mereka. Para sahabat tidak hanya berpuasa yang dewasa, bahkan yang anak-anak pun mereka ajak berpuasa.

Nikmat Allah untuk Bani Israil
         Mungkin kita tidak terbayang dengan nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam. Mungkin kita yang tidak pernah membaca sejarah, tidak pernah mengikuti kisah Nabi Musa ‘Alaihis Salam, (sehingga kita) tidak tertarik untuk berpuasa di bulan Muharram, khususnya besok pada tanggal 10 Muharram. Sebagian di antara kita menganggap 10 Muharram seperti hari biasa.

         Tepatnya pada malam 10 Muharram, setelah Nabi Musa berdakwah puluhan tahun di Mesir, ternyata tidak ada hasil. Fira’un diajak kepada Allah dengan ucapan yang penuh kelembutan, tapi ternyata dia tetap mangkir dari panggilan Sang Pencipta. Akhirnya Allah memerintahkan kepada Nabi Musa bersama Bani Israil untuk hijrah.

                  Ingat, kita baru saja meninggalkan tahun 1438 (silahkan disesuaikan) Hijriah. Kita ingat dengan kata-kata “hijrah”. Ketahuilah bahwa orang yang hijrah sebenarnya:

مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Yang disebut seorang penghijrah yang hakiki adalah orang-orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhori)

         Malam hari itu Nabi Musa membawa Bani Israil untuk meninggalkan Mesir. Kalian bayangkan, peristiwa itu terjadi malam hari, 3000 tahun yang lalu, tepatnya malam 10 Hijriyah. Dan kita tahu kalender Islam dimulai dengan terbenamnya matahari.

         Nabi Musa bergerak dengan Bani Israil, tapi ternyata jalan menuju pelarian hilang, mereka tersesat. Maka Nabi Musa heran. Beliau kembali mengatakan kepada kaumnya: “Kenapa kita bisa tersesat?”

        Jalan yang sudah dipersiapkan untuk melarikan diri, untuk berhijrah meninggalkan Mesir, menuju bumi Allah yang lainnya, dimana di sana mereka bisa menegakkan syariat Sang Pencipta.

        Apa kata ulama-ulama Bani Israil? Mereka mengatakan: “Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, sebelum beliau meninggal dunia, beliau mengambil perjanjian untuk kita semuanya.” Apa isi perjanjian tersebut?

أَنْ لَا نَخْرُجَ مِنْ مِصْرَ حَتَّى نَنْقُلَ عِظَامَهُ مَعَنَا

“Kita tidak boleh meninggalkan Mesir kecuali membawa jasadnya Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam.”

      Maka tatkala itu Nabi Musa yang selama hidup berada di Mesir, beliau tidak pernah tahu dengan kuburan Nabi Yusuf. Maka beliau bertanya: “Siapa yang tahu dengan kuburannya Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam?”

         Mereka mengatakan bahwa tidak ada satupun yang tahu, kecuali seorang wanita tua renta yang berumur panjang dan dia tahu dengan kuburan Yusuf ‘Alaihis Salam. Maka diutus seseorang untuk membawa wanita tua renta ini. Lalu Nabi Musa bertanya kepadanya:

دُلِّينِي عَلَى قَبْرِ يُوسُفَ

“Tunjukkan kepadaku dimana kuburan Yusuf ‘Alaihis Salam.”

Wanita ini berkata: “Tidak, kecuali permintaanku kau kabulkan.”

          Wanita yang sudah tua renta, yang sebentar lagi mungkin dia akan mati meninggalkan dunia, meninggalkan segala keindahan ini. Apa yang diminta wanita itu? Apakah ingin kembali muda, ingin kembali cantik, ingin kekayaan? Ternyata bukan, wanita tua ini berkata kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam:

أَكُونُ مَعَكَ فِي الْجَنَّةِ

“Aku bersamamu di surga.” Itu yang aku minta, itu harga untuk pengetahuanku atas kuburan Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam.

          Nabi musa merasa berat terhadap permintaan itu. Tapi mereka harus meningkatkan Mesir, kalau tidak maka mereka akan dibantai dan dihabisi oleh pasukan Fir’aun. Lalu Allah wahyukan kepada Nabi Musa untuk diberikan apa yang diminta oleh wanita tua ini. Akhirnya wanita tua ini menuju ke sebuah danau. Lalu dia mengatakan: “Keringkan airnya” Setelah dikeringkan, kemudian dia menunjuk ke satu lokasi, lalu berkata: “Kalian gali di sini.”

          Maka digalilah di tempat itu dan ditemukan jasadnya Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam. Ketika diangkat jasadnya Nabi Yusuf, jalan menuju pelarian itu seperti siang hari. Ingat, kejadian itu malam 10 Muharram. Mereka berangkat akhirnya membawa jasad Nabi Yusuf. Mereka terus berlari.

          Fir’aun telah mempersiapkan semua pasukannya. Seakan-akan tidak satupun ditinggalkan untuk menghabisi Bani Israil. Mereka terus berkejaran.

          Akhirnya di pagi hari, Nabi Musa sampai bersama kaumnya di pesisir lautan. Tidak ada perahu yang bisa menyelamatkan mereka. Dan tatkala itu pasukan Fira’un sudah bisa dilihat oleh mereka. Apa kata Allah menceritakan kondisi ini? Tatkala Bani Israil menghadapi lautan di depan mereka dan menghadapi Firaun di belakang mereka.

فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَىٰ إِنَّا لَمُدْرَكُونَ

“Ketika mereka saling melihat, sahabat-sahabat Nabi Musa mengatakan: ‘Kita akan dihabisi oleh pasukan Fir’aun.’”

(QS. Asy-Syu’ara[26]: 61)

          Di sini Nabi Musa mengajarkan kepada kita untuk selalu husnudzan kepada Allah, untuk selalu optimis dalam menghadapi kehidupan ini. Pasti ada jalan keluar kalau kau mau itu. Apa kata Nabi Musa?

كَلَّا ۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

“Tidak mungkin mereka bisa menghabisi kita. Sesungguhnya bersamaku ada Rabbku. Dan Dia pasti memberi petunjuk kepadaku tentang jalan pelarian itu.”

(QS. Asy-Syu’ara[26]: 62)

فَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ…

“Ketika itu Allah wahyukan kepada Nabi Musa, ‘pukul lautan itu dengan tongkatmu.’…”

(QS. Asy-Syu’ara[26]: 63)

          Maka lautan itu terbelah menjadi 12 jalan. Setiap Kabilah Bani Israil melewati jalan itu. Sehingga mereka lari meninggalkan Mesir menyebrangi lautan. Dan Fir’aun bersama pasukannya mengejar. Tatkala Bani Israil sudah sampai ke daratan, Allah hilangkan jalan itu. Mereka tenggelam ditelan oleh lautan.

          Sebuah nikmat yang agung. Bani Israil melihat bertahun-tahun melihat bayi-bayi disembelih oleh Fir’aun, wanita-wanita diperbudak oleh FIr’aun. Tatkala Nabi Musa selamat dari Fira’un, akhirnya Nabi Musa menjadikan tanggal 10 Muharram sebagai waktu untuk berpuasa.

          Dan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga kita sebagai umat Islam lebih pantas untuk mengamalkan hal itu, untuk mensyukuri nikmat itu. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa esok hari. Tanggal 10 Muharram, berpuasalah besok bagi yang mampu.

Lalu apa yang didapat oleh orang yang berpuasa esok hari? Iya, kita adalah umat yang ingin upah.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab : ‘Puasa itu bisa menghapuskan dosa pada tahun kemarin.’”

(HR. Muslim)

Khutbah Kedua Sejarah 10 Muharram
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah..

          Ketahuilah, bahwa ibadah tidak akan diterima kecuali sesuai dengan syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan ibadah tidak akan diterima, walaupun sesuai dengan syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apabila tidak ikhlas mengharapkan wajah Allah Jalla Jalaluhu.

          Itulah kesaksian kita. (Dengan persaksian) أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ, kita dituntut ikhlas untuk dalam beribadah. Dengan persaksian وأَشْهَدُ ان محمداً رسول الله kita dituntut untuk mengikuti tata cara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam beriadah.

          Berkaitan dengan Asyura’, ada banyak ritual yang dilaksanakan oleh umat Islam. Mana yang benar, mana yang seharusnya diamalkan? Karena jangan sampai kita capek beramal, lalu akhirnya Allah menolak amalan kita, kita akan rugi pada waktu itu. Maka carilah ilmunya. Yang selama ini kau ketahui belum tentu benar. Yang selama ini kau amalkan belum tentu itu benar. Karena kebenaran itu hanya milik Allah Jalla Jalaluhu, maka kau perlu mengkajinya.

Ritual Asyura’
          Ada ritual yang dilaksanakan di bulan Muharram, pada hari Asyura’, yang mereka meratapi kematian Husein, mereka memukul-mukul diri mereka sehingga banjir darah. Lalu mereka mengatakan: “Kami mendekatkan kepada Allah dengan cara ini.” Iya, silakan kau lakukan itu. Tapi yang perlu kau tanyakan, “Apakah Allah menerima hal itu dari engkau?”

          Kembali, amalan akan diterima kalau ikhlas. Dan ikhlas saja tidak cukup, tapi yang kedua harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

          Dan esok hari yang sunnah bagi umat Islam adalah berpuasa. Yang tidak mampu berpuasa karena sakit atau kondisinya lemah, maka kau bikin makanan di rumahmu dan kau kirimkan ke masjid untuk buka bersama, berikan kepada mereka yang berpuasa.

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ

“Barangsiapa yang memberi buka kepada orang yang puasa, dia akan dapat pahala seperti yang puasa.”

(HR. Tirmidzi)

Perbanyak puasa
          Dan Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam menganjurkan di bulan Muharram ini untuk banyak-banyak puasa, bukan hanya tanggal 10. Beliau ‘Alaihish Shalatu was Salam mengatakan:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Sebaik-baiknya puasa setelah puasa di bulan Ramadhan, maka berpuasa di bulan Allah bulan Muharram.”

(HR. Muslim)

Maka perbanyak puasa.

Nabi berkeinginan sebelum wafat. Pada tahun 11 Hijriyah, selesai 10 Muharram, beliau mengatakan:

لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ

“Andai aku masih hidup pada tahun depan, sungguh aku akan puasa pada hari kesembilan.”

(HR. Muslim)

          Sehingga puasanya tidak hanya tanggal 10 Muharram, tapi tanggal 9 juga disunnahkan berpuasa. Para ulama mengatakan agar tidak sama dengan orang-orang Yahudi yang hanya berpuasa satu hari. Kita berusaha untuk berpuasa sebelumnya. Jika tidak mampu sebelumnya, maka boleh berpuasa tanggal 11, 12, lalu bersambung 13, 14 dan 15.

          Ingat, sebaik-baiknya puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram.