19-30 September

                Partai Komunis Indonesia – PKI, dipimpin Oleh Alimin, Il Januari 1947. Berdasarkan keterangan Alimin, dalam Kementrian penerangan Republik Indonesia. Pepors 8, Kepartaian di Indonesia, h. 281 PKI didirikan lagi pada 11 Januari 1945. Dalam 30 tahun Indonesia Merderka. Dituliskan berdirinya Partai Komunis Indonesia – PKI pada 7 November 1945, dipimpin oleh Mr. Moh. Joesoef Dijelaskan pula, PKI telah dirikan sebelumnya 21 Oketober 1945. Kelanjutan dari Perserikatan Kcnmoenist di India – PKI, 23 Mei 1920, di Semarang dipimpin Oleh Samaoen, Dharsono dan Tan Malaka. Dengan adanya penangkapan dan pembuangan pimpinan PKI ke Boven D— Papoea, 1927 M, Samaoen dan Dharsono berada di Rusia. Sedangkan Tan Malaka di Bangkok partai Repoeblik Indonesia – 1927 M.

                Akibat Rusia menjadi anggota Sekoetoe pada Perang Dunia Il, pimpinan Pkl yang sedang dalam pembuangan Boven dipindahkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Australia. Di sini, di bawah pimpinan Sardjono mendirikan PKI Sibar termasuk Kornunis Internasional —Komintem atau PKI yang tunduk kepada Rusia.

                pada 5 Oktober 1945 bersama van Mook kembali ke Indonesia, PKI Sibar pimpinan Sardjono menentang proklarnasi 17 Agustus 1945 dan bersikap pro Keradiaan Protestan Belanda. Tindakan ini kontra dengan komunis nasionalis atau Partai Moerba pimpinan Tan Malaka. pada 3 Juli 1946, Tan Malaka melakukan kudeta terhadap pemerintah RI periode Kabinet Sjahrir.

                PKI pimpinan Mr. Mohammad Joesoef didirikan 7 November 1945, mempelopori melancarkan kudeta di Ceribon, 12 Februari 1946, dengan dukungan pemoeda Sosialis Indonesia – Pesindo.

KUDETA PKI DI MADIUN PASCA PERUNDINGAN RENVILLE

                Di tengah kekacuan itu, kelompok Amir Sjarifoeddin dengan buruh dan tani yang bergabung dalam Front Demokrasi Rakjat-FDR menyatakan kekacuan keadaan ini produk dari perundingan revile. Padahal, perundingan renvile dipimpin oleh Amir Sjarifoeddin sendiri. Kemudian mengadakan kampanye untuk menolak hasil perundingan Linggardjati dan Rensville serta pelaksanaan Rehabilitasi dan Reoganisasi – ReRa seluruh organisasi kesenjataan.

                Walaupun rehabilitasi dan reorganisasi tersebut sebenarnya produk program dari cabinet Amir. Pada awalnya, melalui Re-Ra, Amir Sjarifoeddin merencanakan meniadakan Lasjkar Hizboellah, barisan Sabilillah, dan kekuatan Islam dalam organisasi kesenjataan tentara pelajar, TRIP, TGP, TP, IMAM, termasuk dalam TNI. Yang bersikap anti komunis.

                Setelah Amir tidak lagi menjabat sebagai perdana mentri dan menteri pertahanan, dikecamnya kebijakan Re-Ra Kabinet Hatta. Dengan tujuan agar anggota tentara dan lasjkar yang terkena Re-Ra bergabung dalam FDR dan Pemoeda Sosialis Indonesia – Pesindo. Setelah merasa kuat, FDR dengan organisasi kesenjataan Pemoeda Sosialis Indonesia – Pesindo, di Solo menyerang Yentara Siliwangi yang disebutnya sebagai Tentara Hatta.

                Demi untuk menumbukan kebencian rakyat, buruh, petani, dikembangkan plesetan Siliwangi dengan SLW disebut sebagai kepanjangan dari Stoot Leger Wihelmina. Namun, upaya ini sia-sia karena rakyat tetap setia kepada kepemimpinan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan Panglima Besar Soedirman, serta tetap bangga dengan kehadiran Tentara Siliwangi.

                Seperti halnya dengan Lenin ketika terjadi Revolusi Oktober 1917, tidak berada di Moskow, bersembunyi di jenewa. Demikian pula, Amir dan Moeso keduanya tidak berada di Madiun. Keduanya berada di Purwodadi sebelah timur Semarang. Kudeta PKI di Madiun dilaksanakan oleh Goebernoer Militer Soemarsono dari Pesindo.

                Setelah kudeta, Himawan Soetanto menjelaskan selanjutnya dibentuk pemerintahan baru yang disebutnya Front Nasional. Menurut Moeso sebagai suatu pemerintahan yang disebutnya sebagai Djalan Baroe Menoedjoe Repoeblik Indonesia. Saaat terjadi kudeta, istilahnya menajadi Cominform-Communist Information.

                Diktator Amir – Moeso dari Madiun akan merobohkan Repoeblik Indonesia, digantikan Negara Soviet Indonesia. Lenin memandang Demokrasi Parlemeter ala Barat telah gagal. DIgantikan dengan istilah baru Demokrasi SOvyet. Pengertian Sovyet adalah Rakyat. Adapun proses pembentukan Parlemen sebagai produk pilihan terhadap dari bawah Dewan Rakyat tahap bawah, memilih tahapan-tahapan atasnya hingga terbentuk Dewan Rakyat Pusat. Sang Saka Merah Poetih digantikan dengan bendera Merah Palu Arit. Kemudian, lagu kebangsaan Indonesia Raja digantikan dengan lagu Inernasionale. Ideologi Patjasila digantikan dengan Marxisme Leninisme.

                Pada pagi hari, 19 September 1948, Ahad Kliwon, 15 Dzulqaidah 1367 h, para Ulama dan Santri serta rakyat Madiun terkejut telah terjadi pergantian pemerintahan dibawah Amir dan Moeso.Rakyat menyaksikan banyak truck mondar mandir bermuatan Pasukan FDR/PKI. Di lehernya dibalut dengan kain merah mereka tidak lagi membawa bendera Merah Putih. Melainkan bendera Merah Palu Arit. Oleh rakyat Mudiun disebutnyo Tenatara Merah. Di pinggangnya, terangkut golok lebar, bukan bayonet dan bersenjatakan senjata laras panjang baru

                Rakyat bingung, mengapa pasukan FDR/PKI tidak lagi memekikkan pekik Merdeka. Melainkan digantikan dengan Bebas, Menang Perang dengan tangan kiri diangkat ke atas. Tidak seperti biasanya, rakyat dan pelaiar selalu meneriakkan Merdeka sambil mengangkat tangan kanan.

                Rakyat dan Pelajar Madiun marasa tidak merdeka lagi. Terutama Ulama dan Santri mulai terasa terjajah oleh diktator Amir Maeso dengan posukan FDR PKI nya yang anti agama, anti Ulama dan Santri. Rakyat menyaksiakan Tenatara Merah masuk Masjid tanpa buka sepatu dan merusak A-Qur’an.

                Berikutnya, para Ulama dan Santri, beberapa pimpinan Partai Islam Indonesia Masjoemi, Gerakan Pemoeda Islam Indonesia-GPII, Peladjar Islam Indonesia, Partai Nasional Indonesia-PNI dan Pemoeda Marhaen Tentara Peladjar Repoeblik Indonesia-TRIP, Tentara Genie Peladjar – TGP, Guru-guru Sekolah, Aparat pemerintahan, ditangkap dan dibunuh. Pembunuhan yang luar biasa ganasnya dilaksanakan Oleh FDR/PKI di luar kota Madiun:

                Di kaki Gunung Wilis di daerah Dungus Kresek Madiun terdapat pemakaman massal dari Ulama yang ditangkap dari berbagai Di daerah Takeran Maospati Magetan Madiun, terdapat sumur yang dijadikan tempat penyiksaan Ulama dan Santri yang diambil dari beberapa pesantren, antara lain: Pesantren Sewulan, Moiopurno, dan Ponorogo Dimasukkan ke dalam sumur di Saat masih hidup. Misalnya, Kiai Pesantren Selopura bersama kedua putranya, Goes Bawani dan Goes Zoebair, dilemparkan ke dalam sumur, kemudian ditimbuni dengan batu. DI Dungus Kresek, Madiun. Terdapat makam massal pemakaman Ulama Korban keganasan PKI. Dengan patung PKI yang sedang mengayunkan golok besarnya, siap memenggal leher Ulama yang tunduk di depannya.

                Di Gorang Gareng Magetan terdapat tempat pembantaian massal di lembah terbuka, terdiri dari Ulama, pimpinan Partai Islam Indonesia Masjoemi, Pernoeda Anshor, Pemoeda Gerakan Marhaen, Partai Nasional Indonesia, Moehammadijah, Nahdlatoel Oelama, Pamong Pradja, Guru-Guru, dan berbagai pimpinan pelajar yang melawan PKI. Kekejaman PKI ini tidak diketahui Oleh penduduk kota dan para pelajar. Hanya keluarganya mengetahui adanya penculikan dan keluarganya tidak kembali lagi. Baru diketahui setelah Tentara Siliwangi menduduki daerah Gorang Gareng Magetan tersebut.

                pembunuhan terhadap para Ulama secara massal di Madiun dan Surakarta oleh Amir September merupakan pengulangan sejarah pembunuhan atas Ulama dilakukan oleh Amongkoerat I, 1646-1677 M, berjumlah sekitar 6.000 Ulama di Surakarta. Tindak pernbunuhan yang berdampak tumbangnya kekuasaan Amongkurat I. Kemudian lari menuju VOC Batavia, di tengah perialanan di tengah perjalanan di Tegal, tewas.

                Demikian pula Amir PKI dengan tindak kudeta dan pembunuhan Ulama, berdampak tumbangnya kekuasaan di Madiun, lari menuju ke Garis van Mook Semarang. DI tengah perjalanan menuju Purwodadi ditangkap. Saat terjadi Agresi Belanda Kedua, dijatuhi hukuman mati di Surakarta.

                Menurut Himawan empat hari kemudian sesudah terjadi Kudeta 19  Septernber 1948, Residen PKI Madiun Abdoel Moettholib, pada 23 September 1948, mengumpulkan sekitar 6.000 pelajar SMP dan SMA di pendopo Kabupaten Madiun. Dalam pidatonya, antara lain menjanjikan kalau para pelaiar setia pernerintahan PKI Amir maka anak-anak sekolah tidak perlu membayar uang sekolah lagi.

                Para pelaiar menjawab pidato tersebut dengan yel-yel “lebih baik bayar, lebih baik bayar, lebih baik bayar” berulang kali, disertai dengan tuntutan “Moeljadi minta ganti, Moeljadi minta ganti, Moeljadi minta ganti,” teriakan dengan keras. Akhirnya, pertemuan itu kacau hingga dibubarkan

                Moeljadi adalah seorang anggota Tentara peladjar Repoeblik Indonesia – TRIP, dibunuh di SMP Negeri 2 Madiun. Pembunuhan ini berdampak bangkitnya solidaritas pelajar Patriot Anti Moeso – P.A.M Para pelajar tidak mau menyanyikan lagu Internasionale, lasjkar Pesindo, Darah Rakyat, dan menolak menghormati Bendera Merah Palu Arit, Saat upacara di halaman SMP Negeri 2 Madiun sebelum masuk sekolah di pagi hari.

                Korban keganasan PKI tidak hanya pihak TRIP, juga diderita Peladjar IslamIndonesia – Pll. Seorang Komandan  Brigade Madiun, Soerjosoegito  gugur sebelum TNI divisi Siliwangi berhasil merebut kembali Madiun.

                peristiwa ini pula yang membangkitkan perlawanan para pelajar di bawah organisasi Peladjar Islam Indonesia – P.I.I Madiun yang dipimpin oleh Ali Hoendojo dan Ikatan peladjar Indonesia – l.P.l dipimpin oleh Margono dari SMP Negeri 2 Madiun, serta dipimpin oleh kakak-kakak dari Tentara Repoeblik Indonesia Peladiar – TRIP atau Tentara Geni Peladjar – TGP dengan sembunyi-sembunyi menurunkan Bendera Palu Arit yang dikibarkan di halaman sekolah atau di tempat lain atau melakukan gerakan pernboikotan Iainnya.

                Selain para pelajar berani berdemonstrasi menentang pemerintahan PKI Amir Moeso, iuga membuat selebaran yang isinya tetap setia kepada Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Di ruang kelas SMP N 2 Madiun, ditempel Oleh murid-murid Bendera Sang Saka Merah Putih dari kertas.

                Sikap perlawanan pelajar dan rakyat serta umat Islam inilah, meniadikan banyak guru dan pimpinan masyarakat ditangkap dan dibantai secara massal bersama Ulama dan Santri. Dari kenyataan ini, pimpinan PKI dalam propagandanya berbalik menyerukan tetap menegakkan Repoeblik Indonesia dan Bendera Merah Palu Arit dikibarkan bersama Sang Saka Merah Putih. Menjawab perubahan taktik ini, para Ulama dan Santri serta pimpinan parpol Masjoemi, ‘”ajar SMP dan SMA tetap menunjukkan sikap menentangnya.

Agresi Militer Belanda Kedua

                Tiga bulan kemudian, setelah Kudeta PKI di Madiun 19 September 1948, kerjaan Protestan Belanda melancarkan AKsi Militer Kedua, 19 Desember 1948, masuk ke Ibukota Perjuangan Jogyakarta, tetapi tidak dapat menjumpai pimpinan PKI Amir Sjarifoeddin dan kawan-kawannya. Belanda hanya berhasil menangkap dan menawan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan beberapa Menteri lainnya. Mereka juga tidak mampu menangkap Panglima Besar Jenderal Soedirman.

                Amir Sjarifoeddin bersama 11 pimpinan PKI, atas perintah Gubernur Militer Surakarta, Kolonel Gatot Soebroto, dijatuhi hukuman mati di desa Ngalihan, Karanganyar, Surakarta. Namun, tidak demikian halnya dengan Aidit, Lukman, Nyoto, Sudisman, dan Sakirman, bebas dan berhasil membangkitkan kembali PKI. Kemudian, ditandaskan oleh Aidit, PKI mempertahankan Merah Putih. Aidit sebagai penegak Marxisme, mengingatkan Pancasila digunakan Oleh PNI untuk membunuh pimpinan PKI di Madiun.

                Dengan kata lain, PKI mempertahankan Merah putih, tetapi dengan bahasa polltisnya, tidak identik menerima pancasila. Setelah PKI kuat, terjadilah pengulangan kudeta berikutnya yang dikenal Gerakan 30 September PKI di Jakarta, 30 September 1965.

                Kudeta Gerakan Septernber terjadi didahului dengan kembalinya Samaoen pendiri PKI di Semarang, 23 Mei 1920 dari Rusia ke Indonesia pada 12 Desember Samaoen tinggal di Moskow selama 31 tahun di Rusia, Selain menjadi warganegara Rusia, juga pernah menduduki jabatan Wakil Perdana Menteri ketiga dari Republik Soviet Tajikistan.

                Selanjudnya, Arnold C. Brockman menjelaskan Samaoen di Indonesia diangkat menjadi presiden sebagai Anggota dari Dewan Perencanaan Nasional yang dipimpin Oleh Mohammad Yamin. berhasilkah Presiden menjadikan Mohammad Yamin sebagai pimpinan Komunis Nasionalis partai Murba Tan Malakais, mengendalikan kelompok PKI Aidit?

                Kembali ke masalah Agresi Militer Kedua, memang secara fisik berhasil menangkap dan menawan presiden Soekarno, Wakil presiden Mohammad Hatta, dan beberapa Menteri lainnya. Namun, tidak berarti pemerintah Republik Indonesia telah berakhir. Bangsa Indonesia masih mampu menjawab tantangan Agresi Militer dengan perang dengan Perang Gerilya.

Penangkapan Amir Siarifoeddin oleh Kompi Pasopati

                Amir Sjarifoeddin dengan pasukannya mencoba melarikan diri ke arah Semarang dengan tujuan masuk Garis van Mook. Dari sini, Amir bersama pasukannya berharap mendapat perlindungan dari Belanda. Namun, sesampainya di hutan Klambu Amir, Hwiono, dipimpin Dioko Soejono dan Soemarsono, pada 29 November 1948 ditangkap oleh Kompi Pasopati. Kemudian, diserahkan kepada Batalyon RA Kosasih/Brigade Siliwangi.

                Perlu diperhatikan, Menteri Luar Negeri Belanda, D. U. Stikker, meminta kepada perdana Menteri Mohammad Hatta, membantu menyelesai kan Kudeta PKI di Madiun. Masalah Kudeta PKI di Madiun dijawabnya sebagai masalah dalam negeri. Repoeblik Indonesia akan menyelesaikannya dengan cara Repoeblik Indonesia.

Andaikata diizinkan bantuan Belanda oleh Perdana Mohammad Hatta maka dapat diperkirakan secara politis, Amir Sjarifoeddin yang berjasa terbadap van MOOk don berhasil menikom Repoeblik Indonesia dari belakang, mau menandatangani hasil Perundingan Renville yang menguntungkan pada Belanda, pimpinan Sjarifoeddin tentu akan diselamatkan oleh Keadjaan Protestan Belanda.

                Selain itu, dari tinjauan kepentingam penjajahan Belanda, Amir Sjarifoeddin mempunyai kesamaan jasanya dengan  Sneevlie. Terbelahnya kekuaton Sjarikat Islam dari dalam, melalui upaya Sneevliet mendirikon PKI dari Sjarikat Islam Semarang. Amir Sjarifoeddin dengan mendirikan PKI don Kudeta di Madiun, berhasil membelah dan menikam Republik Indonesia dari belakang. Walaupun saat itu Perang Dingin antara Kapitalis dan Timur Komunis sesudah selesai Perang Dunia Il, mulai menghangat.

                Politik memungkinkan melakukan kerjasama atas dasar kesamaan kepentingan. Seperti, Amerika Serikat bersedia mempersenjatai Stalin Unisoviet Rusio dalam menghadapi Hitler dan mau mempersenjatai Moo Ze Dong dalam menghadapi serangan Kaisar Hirohito Jepang di Cina. Van der Plasm au bekerjasama dengan Sardjono PKI Sibar di Australia.

Akhir Kudeta PKI Amir Moeso

                Tentara Merah sudah mundur meninggalkan Madiun ke Dungus. Dari Kediri, sebelumTentara Merah mampu mengonsolidasi, di Dungus diserbu Oleh Batalyon Sabaroddin dari Brigade S. Pimpinan PKI lari dan gerakan mundumya terpecah dua arah. bersama pengawalnya melarikan diri ke arah ponorogo. Amir Sjarifoeddin dengan segenap Tentara Merahnya mundur ke arah Purwodadi. Sebelum melarikan diri, PKI melakukan pembantaian massal di Gorang Gareng Magetan dan Takeran Maospati, serta di sebelah timur Madiun, yakni Dungus.

                Kompi Soermardi bersama Kompi Hizboellah dari Trenggalek Kediri menuju ke ponorogo. Di Semandung dekat Sumoroto Ponorogo, Maeso bersama pengawalnya bertemu dengan Kompi Sæmardi dan Kompi terjadilah kontak tembak yang tidak dapat dihindari lagi. Di sinilah berakhirnya kepernimpinan Maeso tertembak mati.

                Menurut Arnold C. Brackman dalam Indonesian Cornmunism A History, Moeso 20 tahun lamanya berada di Moskow, 1928-1948. pada 11 Agustus 1948, Moeso datang dari Moskow ke Jogyakarta. Pada 19 September 1948 bersama Mr. Amir Sjarifoeddin memimpin Kudeta PKI di Madiun. Moeso tertembak mati pada 31 Oktotor 1948. Kemudian, pada 8 November 1948 jenazahnya dibakar oleh ribuan rakyat yang menyaksikannya.

                Berarti Moeso baru sempat memimpin kembali PKI setelah tiba kembali ke Indonesia dari Rusia sekitar 90 hari, 11 Agustus – 8 November 1948. Selain itu, Moeso hanya mampu memimpin Kudeta PKI di kota Madiun selama 1 1 hari dari 19-31 September 1948. Dari Madiun, lari ke Dungus, dan dari Dungus lari ke Semandung Sumaroto Ponorogo. Di sini, jasadnya dibakar habis menjadi abu, di tengah ribuan rakyat.

                Sebenarnya, Moeso menyandang nama Nabi Musa, tetapi sikap hidupnya dibentuk oleh Marxisme dan menghabiskan energi dan jatah waktunya, mencoba untuk meniadakan agama Islam dan membantai Ulama dan Santri di Indonesia. Di wilayah yang tidak jauh dari Pondok Pesantren Modem Gontor ponorogo, habislah energi Moeso untuk melawan Ulama dan Santri. Tidak jauh pula dari desa Tegalsari, Kabupaten ponorogo, Keresidenan Madiun, wilayah yang dibangun oleh Kandjeng Kiai Bagoes Kasan Besari, moyang H.O.S. Tjokroaminoto, Moeso berakhir sejarahnya.