Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. Hafidzahullah.
Sesungguhnya di antara kewajiban yang ditekankan oleh Allah dengan penekanan yang tegas adalah berbakti kepada ayah. Sebagian orang hanya fokus untuk berbakti kepada ibunya, tentu ini adalah hal yang sangat baik. Yang jadi permasalahan adalah mereka lalai dan lupa untuk berbakti kepada ayah. Padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَنْتَ وَمَالُكَ لابك
“Sesungguhnya engkau dan hartamu adalah milik ayahmu.” Hadits dishahihkan oleh Syaikh Al Abani Rahimahullahu ta’ala.
Dalam sebagian riwayat dari hadits ini, disebutkan dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhuma, beliau berkata
جاء رجلا الى النبي قال يا رسول الله إن أبي اخذ مالي
“Datang seorang lelaki kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia mengeluhkan dan mengadukan ayahnya, dia mengadukan ayahnya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka dia berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ayahku mengambil hartaku.’
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada lelaki tersebut:
إذهب فأتني بأبك
“Pergilah engkau, dan datangkanlah ayahmu kepadaku.”
Maka Jibril pun turun kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Jibril berkata:
إنَّ الله يُقرِئك السلام ويقول إذا جاءَك الشيخ فسَلْه عن شيءٍ قالَه في نفسه ما سمعَتْه أذناه
“Jika orang tua dari anak tersebut datang kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang tua itu apa yang ada di benaknya yang diucapkan dalam hatinya dan belum diucapkan dengan lisannya sehingga tidak didengar oleh kedua telinganya.”
Tatkala orang tua tersebut datang, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya:
ما بال ابنك يَشكوك، انك تأخْذ ماله؟
“Wahai orang tua, sesungguhnya anakmu terus mengadukan engkau kepadaku bahwasanya engkau telah mengambil hartanya.”
Maka orang tua itu berkata:
سَلْهُ يا رسول الله، هل أُنفِقه إلا على إحدى عمَّاته أو خالاته أو على نفسي!
“Tanyakan kepada anakku apakah aku mengambil uangnya untuk aku keluarkan untuk diriku ataukah untuk salah seorang tantenya?”
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi w犀利士 a Sallam berkata:
دَعْنا من هذا
“Lupakan itu semua.”
أخبِرنا عن شيءٍ قُلتَه في نفسك ما سمعَتْه أذناك
“Kabarkanlah kepadaku tentang sesuatu yang kau ucapkan dalam hatimu dan belum didengar kedua telingamu.”
Orang tua tersebut berkata:
والله يا رسول الله ما يزال الله يزيدنا بك يقينا
“Sungguh Ya Rasulullah, Allah senantiasa menambahkan keyakinan, beriman kepada engkau.”
قلتُ في نفسي شيئًا ما سمعته أذناي
“Aku mengucapkan dalam hatiku suatu perkataan yang belum didengar kedua telingaku.”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
قُلْ وأنا أسمع
“Ucapka日本藤素 nlah isi hatimu, dan aku akan mendengarkan.”
Maka orang tua ini pun berkata:
غَذَوْتُكَ مَوْلُودًا وَمُنْتُكَ يَافِعًا تُعَلُّ بِمَا أَجْنِي عَلَيْكَ وَتَنْهَلُ
“Aku yang mengasuhmu ketika kau lahir dan aku yang memeliharamu dan memenuhi kebutuhanmu ketika kau remaja, semua jerih payahku engkau minum dan engkau reguk sepuasmu.
إِذَا لَيْلَةٌ ضَافَتْكَ بِالسُّقْمِ لَمْ أَبِتْ لِسُقْمِكَ إِلَّا سَاهِرًا أَتَمَلْمَلُ
“Bila engkau sakit di malam hari, wahai anakku, maka aku tidak bisa tidur lantaran sakit yang engaku derita, aku resah dan gelisah, tidak bisa tidur karena sedih dan khawatir.”
تَخَافُ الرَّدَى نَفْسِي عَلَيْكَ وَإِنَّهَا لَتَعْلَمُ أَنَّ الْمَوْتَ وَقْتٌ مُؤَجَّلُ
“Aku mengkhawatirkan jiwamu disambar maut padahal aku tahu bahwa kematian itu ada ajalnya.”
كَأَنِّي أَنَا الْمَطْرُوقُ دُونَكَ بِالَّذِي طُرِقْتَ بِهِ دُونِي فَعَيْنَايَ تَهْمُلُ
“Seakan-akan aku-lah yang sedang sakit dan bukan engkau yang sakit wahai putraku. Maka kedua mataku tak kuasa mengalirkan air mata.”
فَلَمَّا بَلَغْتَ السِّنَّ وَالْغَايَةَ الَّتِي إِلَيْهَا مَدَى مَا فِيكَ كُنْتُ أُؤَمِّلُ
“Ketika engkau telah mencapai masa dewasa dan engkau telah menggapai cita-citamu yang dahulu itu-lah yang kuharapkan darimu.”
جَعَلْتَ جَزَائِي غِلْظَةً وَفَظَاظَةً كَأَنَّكَ أَنْتَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ
“En犀利士 gkau membalas budi baikku dengan sikap keras dan kata-kata kasar. Seakan-akan engkau-lah yang telah berbuat baik dan berjasa kepadaku.”
فَلَيْتَكَ إِذْ لَمْ تَرْعَ حَقَّ أُبُوَّتِي فَعَلْتَ كَمَا الْجَارُ الْمُجَاوِرُ يَفْعَلُ
“Seandainya engkau tidak memedulikan hakku sebagai seorang ayah, anggaplah aku seperti tetanggamu, sikapilah aku sebagaimana seorang yang bersikap baik terhadap tetangganya.”
فباق رسول الله
“Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun menangis.”
واخذ بتلابيب ابنه
“Maka dia pun memegang kerah baju sang anak.” Kemudian Nabi berkata kepadanya:
أنت ومالُك لأبيك
“Sesungguhnya engkau dan hartamu adalah milik ayahmu.”
Sungguh agung hak seorang ayah, haknya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Renungkanlah sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Engkau (yaitu diri dan jiwamu, tubuh dan ragamu) adalah milik ayahmu dan hartamu adalah milik ayahmu.
Meski pujian setinggi langit dan puisi indah yang terangkai, tetap tidak bisa membalas hak ayahmu yang begitu agung. Dia-lah sosok yang menjadi tumpuanmu tatkala engkau masih kecil dan remaja. Ketika semua orang di sekelilingmu meninggalkan engkau dan tidak memedulikaknmu, dia-lah sang ayah pondasi dalam keluarga, dia-lah tanda ketenteraman dalam keluarga.
Ayah adalah cahaya dalam keluarga, kehadirannya selalu diharapkan, canda dan tawanya adalah penghias kehidupan, pelukannya dan kasih sayangnya adalah pelita kehidupan.
Memandang ayah mendatangkan kebahagiaan, kepergiannya membawa kesedihan. Ayahmu adalah sosok yang telah berkorban untuk keluarga. Dia-lah yang telah berusaha untuk membimbingmu dengan tidak pernah lelah, dia-lah yang selalu mengharapkan kebaikanmu dengan penuh ketulusan.
Ayahmu, dia-lah yang selalu memberi kepadamu tanpa pelit sama sekali dan tanpa perhitungan kepadamu. Yang penting engkau bisa tertawa dan tersenyum. Dia mengorbankan waktunya untukmu, dia mengorbankakn dirinya untuk menebus kebahagiaanmu.
Dia-lah ayah yang Rabbul ‘Alaamin telah mewasiatkan kepadamu untuk berbakti kepadanya, untuk berbuat yang terbaik baginya:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami telah perintahkakn manusia untuk berbuat baik kepada orang tua-nya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan bersyukurlah kepada bapak ibumu. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu.”
Wahai yang hendak meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang ingin meraih kenikmatan yang sempurna dan abadi, di hadapanmu ada pintu surga yang terbuka lebar, dia-lah ayahmu.