Syamil Salmanovic Basayev lahir 14 January 1965, lahir di kawasan kampung di pergunungan Vedeno, di tenggara chechnya. Sejak 2003,Shamil Basayev dikenali sebagai Emir Abdullah Syamil Abu Idris. Namanya diambil dari Imam Syamil, ulama-mujahid yang hidup antara tahun 1797-March 1871.
Beliau (Imam Shamil) merupakan pemimpin suku-suku Muslim yang tinggal di Kaukasus Utara, sekaligus pengobar gerakan anti-Russia yang melawan penjajahan kekaisaran Russia,pada abad-19 lampau.Beliau menjadi imam ke-tiga bagi masyarakat Muslim Dagestan dan Chechnya selama dua puluh lima tahun, dari tahun 1834 hingga 1859.
Syamil Basayev tamat sekolah rendah dan menengah di Dyshne, Vedeno, pada tahun 1982.
Dua tahun selanjutnya beliau mendapat pendidikan di Akademi Ketenteraan Soviet sebagai anggota pasukan pemadam kebakaran. Empat tahun berikutnya beliau bekerja di bidang pertanian Aksaiisky, Volgograd, selatan Russia, sebelum beliau memutuskan berhijrah ke Moscow.
Beliau kemudian mengikuti pendidikan di Fakulti Undang-Undang di The Moscow State University, namun gagal. Akhirnya diterima di The Moscow Engineering Institute of Land Management tahun 1987. selang setahun kemudian, beliau meninggalkan bangku kuliah dan bekerja sebagai salesman komputer.
Syamil Basayev pertama kali dikenali dunia pada tahun 1991. Waktu itu, setelah presiden Jauhar Dudayev mengumumkan akan berdirinya CRI (Chechen Republic of Ichkeria), bebas dari Russian Federation. Pada bulan November 1991, Chechnya dipaksa oleh serbuan militer agar tetap berada di bawah jajahan Russia.
Tanggal 9 November 1991,Shamil Basayev bersama dua rakannya, Lom-Ali Chachayev dan Said-Ali Satuyev menawan pesawat Aeroflot Tu-154 milik Rusia yang take-off dari kota Mineralnye Vody, Rusia, dengan rute penerbangan ke Ankara, Turki.
Dengan ‘sedikit’ ancaman akan meledakkan pesawat jika status emergency diumumkan, penawanan itu sukses.
Di Ankara, ‘para hijack’ mengadakan sidang media untuk mendapatkan dukungan dan sokongan masyarakat Muslim dunia dengan menjelaskan keadaan sebenar yang terjadi di negeri mereka. Sebab, media massa –yang rata-rata berada di bawah kendali Barat–, tak pernah bersikap adil ketika mengeluarkan apa-apa informasi mengenai Muslim Chechnya.
Pada tahun 1992 Shamil Basayev mengunjungi Abkhazia, sebuah kawasan pecahan Georgia, demi membantu pasukan Mujahidin tempatan menentang pemerintah Georgia yang tetap ingin mempertahankan kuasanya keatas daerah itu.
Di sinilah “Batalion Abkhaz” muncul, yang kemudian nya melahirkan tentera-tentera handal dalam Jihad Chechnya pertama.
Dari Abkhazi
a,Shamil Basayev bertolak ke Azerbaijan untuk ikut bertempur bersama rakyat Muslim Azerbaijan bagi menumpaskan puak pemisah Armenia.
Di sinilah untuk pertama kalinya Basayev bersua muka dengan Emir Khattab, pemimpin Mujahidin yang berasal dari Saudi Arabia.
Sepanjang karier militer bersama batallion Abkhaz di Azerbaijan, dikhabarkan, beliau hanya sekali mengalami kekalahan, iaitu, saat bertempur melawan pasukan Dashnak di sebuah kawasan bernama Karabakh.
Setelah meninggalkan Azerbaijan, beliau dikabarkan berada di Afghanistan menjalin contact dengan Mujahidin al-Qaeda pimpinan Syaikh Usamah bin Laden.
JIHAD CHECHNYA 1
Perang Chechnya musim pertama dimulai sejak invasion Russia untuk menumbangkan pemerintahan Jauhar Dudayev pada 11 Desember 1994.
Dengan meletusnya perang, presiden Dudayev menempatkan Emir Shamil Basayev di jajaran komandan garda depan.
Emir Shamil Basayev berperanan amat aktif dalam perlawanan itu. Namun kali ini kekuatan “Batalion Abkhaz” harus bekerja ekstra keras untuk membendung kekuatan Russia yang hendak menguasai ibu kota Chechnya, Grozny.
Perang ini berlangsung higga februari 1995 dengan jatuhnya Grozny ke tangan Russia. Pasukan Chechnya terdesak hingga ke daerah-daerah pegunungan dengan majoriti perlengkapan dan instalasi-instalasi perang yang mereka miliki hancur.
Saat itu Mujahidin Chechnya mengalami saat-saat genting. Terutama setelah berlaku pertempuran pada bulan Mei di sekitar Vedeno yang membuat jumlah anggota Mujahidin terus menurun drastik.
Pada masa yang sama, Angkatan Tentera Udara Russia mengebom Dyshne, kampung halaman Emir Shamil Basayev, dan mengakibatkan komandan Emir Syamil kehilangan lapan orang anggota keluarga, termasuk isteri dan anak-anaknya.(Al Fatihah)
Dalam situasi sulit yang tetap menyelimuti, Angkatan Bersenjata Chechnya melakukan usaha dan upaya keluar dari segala tekanan.
Pada Jun 1995, di bawah pimpinan komando Emir Shamil Basayev, pasukan Chechnya menempuh strategi penawanan terhadap sebuah Hospital di Budyonnovsk untuk mendesak Russia agar segera berambus dari bumi Chechnya.
Emir Shamil Basayev dan pengikutnya akhirnya berhasil meninggalkan lokasi dengan membawa sejumlah tebusan yang kemudiannya dibebaskan .Shamil Basayev pulang disambut sebagai pahlawan.
Walaupun usaha ini tidak lah seratus peratus berhasil, namun cukup efektif untuk sekadar memaksa pemerintahan Moskow menghentikan perang selama beberapa bulan.
Masa-masa berharga dan peluang itu tidak disia-siakan oleh Mujahidin. Mereka memulihkan kekuatan dan menata ulang strategi.
Pada tahun 1996 Shamil Basayev diangkat menjadi Jenderal sekaligus menjawat jawatan Komandan Angkatan Bersenjata Chechnya.
Pada bulan Ogos di tahun yang sama Emir sukses ini memimpin sebuah operasi merebut kembali kota Grozny. Akhirnya Russia angkat kaki dari Chechnya setelah keletihan melayani gempuran-gempuran yang dilancarkan Mujahidin.
Disember 1996, Syamil didaulat sebagai kandidat presiden dalam pemilihan tahun itu, namun akhirnya ikhlas menerima kemenangan Ashlan Maskadov.
Di awal tahun 1997 Syamil Basayev diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri oleh Maskhadov. dan bulan Januari 1998 Syamil memangku jabatan Perdana Menteri Chechnya. Namun enam bulan kemudian beliau mengundurkan diri.
Bulan Ogos 1999, bersama Emir Khattab, Syamil meninggalkan Chechnya menuju Dagestan untuk bergabung bersama kaum Muslim di sana yang ingin segera lepas dari ikatan statusnya sebagai koloni Russia.
JIHAD CHECHNYA II
Pada tahun 2000 Emir Shamil Basayev kembali ke Chechnya.
Dengan dalih dan alasan untuk memburu Syamil Basayev dan pasukan nya, Russia kembali menceroboh ke Chechnya. Dengan demikian bendera Jihad Chechnya Jilid-2 mulai dikibarkan.
Di tahun inilah kaki kanan Amir Basayev harus diamputasi setelah memijak ranjau, ketika sedang memimpin pasukannya dalam satu operasi menyisiri ladang ranjau (landmine) yang ditanam tentera kafir Russia.
Pada tahun berikutnya, memasuki bulan Ogos 2001, penyerangan dalam skala besar di bawah arahan Emir Syamil ke distrik Vedensky. Syamil Basayev masuk dalam “daftar rasmi nominasi teroris” versi Dewan Keamanan PBB tahun 2003.
Di tahun ini pula, tepatnya tanggal 12 Mei, sekelompok Mujahidin melakukan aksi bom syahid (istisyhadiyyah). Mereka memacu sebuah trak bermuatan bahan peledak, lalu merempuh ke kompleks gedung pejabat rasmi milik pemerintah Russia, di Znamenskoye, daerah utara Chechnya.
Dalam peledakan tersebut diberitakan 59 orang terbunuh.
Peristiwa ini seolah menyambung rantai perjuangan aksi serupa di tahun sebelumnya, dimana, menurut satu sumber pemberitaan,Shamil Basayev mendakwa telah menghancurkan sebuah sasaran bangungan empat tingkat di Grozny, melalui remote control.
Menurut pejabat berita Inggris-Yahudi, Reuters, Syamil ‘dianugerahi’ sebuah gelar langka, “Jagal-nya Beslan”, merujuk pada aksi penawanan murid-murid sebuah sekolah di Beslan (Russia), September 2004. Akibat serbuan pasukan askar Russia ke sekolah itu, tercatat 331 kanak-kanak dan orang dewasa tewas.Emir Basayev sendiri, dalam pesanan peribadinya, menggambarkan kejadian itu sebagai “Tragedi Mengerikan (The Terrible Tragedy)” dan itu merupakan kesalahan Presiden Russia, Vladimir Putin.
Seakan tak pernah reda, semangat jihad Syamil Basayev terus menuntutnya melonjakkan aksi-aksi yang membuat negara penjajah Russia mati kutu dan mati akal.
Pada pertengahan tahun 2005, bulan Mei menjadi satu barakah tersendiri bagi perjuangan Chechnya, setelah sebuah serangan besar yang dirancang Emir Shamil Basayev, menggoncang kota Moskow.
Menyusul kemudian, pada 13 Oktober di tahun yang sama, prestasi gemilang Emir Basayev ternukil kian indah.
Penyerangan Nalchik, ibukota Kabardino-Balkaria, sebuah negara republik satelit Russia, berakhir dengan kejayaan besar.
Bahkan, yang lebih membanggakan, Syamil dan “orang-orang pilihan”-nya, yang menyelesaikan operasi ini hanya memerlukan waktu dua jam berada di dalam kota itu!
PAKAR MILITARI
Ternyata, kesibukan sang Commander di kancah jihad tidak menghalanginya untuk mengekspresikan buah pikirannya melalui penulisan.
Dalam sebuah buku yang dikarangnya, Book of Mujahideen, yang dipromosikan melalaui sebuah website Mujahidin Kaukasus ,Syamil Basayev berkongsi ilmu tentang jihad kepada umum dunia.
Dalam karyanya ini, beliau berbicara banyak mengenai falsafah prinsip dan karakteristik seorang Mujahid, serta pengalaman-pengalaman yang mungkin berkaitan.
Lebih jauh lagi, Basayev juga mendeskripsikan idea-ide taktik dan strategis dalam format sarat dengan seni, sesuai perspektif Islam.
Di mata para pengamat pergerakan jihad, Syamil Basayev adalah seorang pakar perang yang ”membujur lalu melintang patah” di dunia militer.
Pegalaman yang sudah terinternalisasi dalam dirinya, bahkan teraktualisasi selama kurang lebih 15 tahun menjadi panglima angkatan bersenjata Chechnya menghadapi Russia, membuatnya layak untuk disebut seorang “Muslim-hero” bagi negeri Muslim Chechnya.
Di kancah jihad, baik Chechnya maupun dunia, sang Emir handal ini, selain hebat di lapangan, beliau juga dikenal sebagai think-thank militer dalam operasi-operasi khas, sabotaj intelijen (intelligence-sabotage) dan taktik perang gerila.
Satu lagi, yang mungkin menjadi keunikanya, Basayev mampu merancang misi-misi ofensif dalam skala besar (large-scale offensive operations) yang dijalankan oleh hanya sebuah thaifah (gruop) kecil.
Sebuah pernyataan singkat Komandan Syamil, yang dikeluar kan oleh kavkaz center dalam versi bahasa Inggris, mengungkapkan:
“A Mujahid knows that enemies exist in order to test his Faith (Iman), his courage, his perseverance, his ability to make decisions, and his patience. The enemies are making him fight for the sake of fulfilling his duty before Almighty Allah
(Seorang Mujahid faham bahawa keberadaan musuh merupakan bahan eksperimen untuk mengukur kadar keimanannya, tekad, keteguhan, kesabaran, dan mengasah kemampuannya dalam membuat keputusan. Musuh mendorongnya berperang, demi menjalankan tugas di hadapan Allah).”
Dengan aksi-aksi spektakulernya, Basayev terus mengawal perjalanan Jihad Chechnya ke-dua ini.
Hussein bin Mahmoud, seorang ulama yang mendukung perjuangan Mujahidin Chechnya, mempersembahkan sebuah artikel penghargaan berjudul “Rajawali Kaukasus” khas untuk Syamil.
Tulisan itu menceritakan perjuangan Muslimin Chechnya yang tak pernah berhenti melewati berbagai rejm, sejak Catherine the Great, Joseph Stalin, Boris Yeltsin sampai lah si vladimir Putin.
Hussein juga menceritakan riwayat hidup Syamil, sejak kelahirannya di Vedeno, pengalamannya berjihad di Khost, Afghanistan, hingga memimpin jihad di negerinya sendiri.
Lembaran hidupnya dipenuhi dengan kisah-kisah jihad. Beliau tidak lengah melepaskan waktu-waktunya berlalu sia-sia di luar jihad. Meskipun kaki kanan beliau pun sudah di-’jual’ dalam jihad, beliau tetap tidak mahu berpisah dengan dunia jihad.
Orang seperti Emir Shamil Basayev, sangat sukar dicarikan penggantinya.
Hal ini dirasakan oleh para pemimpin Chechnya setelah pergi nya sang panglima perang ini , untuk selama-lamanya. Kembali ke RAHMATULLAH..
Begitulah hebat nya insan bernama Syamil ini, sebutir mutiara berharga bagi rakyat Muslim Chechnya. Himmah-nya yang teramat kuat untuk berjihad, memancar dan menginspirasi setiap orang yang menyemak kisah hidupnya untuk selalu merindukan atmosfera jihad.
Beliau menghibahkan dirinya untuk hidup dalam nuansa jihad. Seakan, seperti tergambar dalam sebait syair, pena pun memutar memorinya untuk mengingat jihad.
“Hingga aku kembali, pena-penaku berkata kepadaku, ‘Kemuliaan hanya milik pedang, bukan milik pena. Menulislah selalu dengan kami, setelah engkau menulis dengannya.’”
10 JUTA DOLAR
Shamil Basayev, yang di gambarkan oleh sebahagian media disebut sebagai ‘seorang lelaki pantang mundur’, tercatat nama nya sebagai ‘teroris’ nombor satu di Russia. Lantaran selalu membuat Rusia kelam kabut.
Moscow menjanjikan imbuhan sepuluh juta dolar untuk penangkapan atau pembunuhan Shamil Basayev.
Tapi, masih disangsikan, apakah langkah untuk ‘membeli kepala’ Syamil Basayev itu mampu mempermudah penangkapan atau pembunuhan atas dirinya ataupun tidak. Namun yang pasti, sampai hampir sepuluh tahun sejak sayembara itu diumumkan, Shamil Basayev, atas izin Allah, masih tetap berleluasa mengacak-acak barisan tentara Russia dengan manuver-manuver khasnya.
Hingga, pada bulan Julai 2006, pihak Russia menabur kontroversi yang menyelimuti peristiwa gugurnya Basayev. Mereka mendakwa bahawa sebuah misi agen rahsia yang tergabung dalam Federal Security Service (FSB) telah berhasil membunuh Syamil Basayev. Dakwaan itu ditempelak oleh Majlis Syura Mujahidin Kaukasus, melalui statemen rasmi muftinya, Abu Umar As-Saif,
“There was no special operation whatsoever.
Shamil and the other brothers of ours became Shaheeds (insha Allah) according to Allah’s (swt) will.
The Supreme one has his own plan and decision. And about the special operation, Mujahideen will show how it should be carried out.
(Tidak ada operasi khusus apapun. Syamil dan saudara kami lainnya, gugur sebagai syuhada –insya Allah–, sesuai kehendak Allah. Dzat Yang Maha Kuasa memiliki rencana dan keputusan. Mengenai (isu) operasi khusus itu, Mujahidin akan menyikapinya secara proporsional.)”
“Di antara orang-orang Mukmin ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menanti-nanti dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)…”
(QS. Al-Ahzab : 23)
Pagi nan cerah, 10 Julai 2006, menjelang.
Dataran utara Ingushetia di Kaukasus, sedang dihangatkan musim panas. Sebuah trak KamAZ, dalam persiapan untuk sebuah penyerangan, melintasi hamparan rimbunan bunga daisy yang bermekaran di mana-mana. Tempat itu, daerah pedesaan Ekazhevo yang menjadi saksi, Emir Abdullah Syamil Abu Idris gugur bersama tiga Mujahid lain.
Trak kargo bermuatan bahan peledak (explosive) yang dipacunya itu meledak setelah terperosok dalam sebuah lubang. Beliau gugur ketika membela bangsa Muslim Chechnya berjuang melawan agresi pasukan komunis negeri Beruang Merah.Al Fatihah – Al Ghuroba
sumber : http://www.lusuka.com/2014/01/mengenali-syamil-salmanovic-basayev.html