Terlalu banyak hal yang biasa dituliskan tentang Syaikh Yusuf Al Qardhawi, namun justru karena itulah kamis semakin bingung menulis apa tentang beliau dan harus mulai dari mana.
Senin, 26 September 2022, beliau wafat, membuat umat kehilangan salah satu pelita yang mencerahkannya. Seorang ilmuwan yang kata-katanya mengobarkan jiwa, tulisannya dalam dan penuh makna, ratusan karyanya menginspirasi umat dari timur hingga baratnya.
Syaikh Yusuf Al Qardhawi lahir di Mesir pada 9 September 1926 di Mesir, dua tahun sejak kekhalifahan Utsmani runtuh, menjadikan beliau hidup dalam banyak tantangan keumatan yang dilihatnya sendiri, dirasakan, dan dihadapi.
Beliau telah selsai menghafal Al-Qur’an sebelum usia 10 tahun, lalu melesat dalam penjelajahan ilmu syari’ah di universitas Al Azhar Mesir. Jika engakau Tanya apakah inspirasi yang mengilhami ulama sekarang dalam menyebarkan tadabbur sejarah Islam, maka Syaikh Al Qardhawi adalah salah satu yang paling menginspirasi bagi ulama.
Kata-katanya jelas dan tegas, “sungguh, sejarah adalah ingatan umat. Dan musuh-musuh berusaha untuk membuat kita luapa pada ingatan kita, agar terpisahlah kita dan masa lalu kita, dan hilanglah kenangan kita dengan masa jata kita” {{Tarikhuna Al Muftara Alaiha, Dr Yusuf Al Qardhawi}}
Buku-buku Syaikh Yusuf Qardhawi banyak sekali menjelaskan tentang sejarah umat islam meskipun tema buku itu adalah tentang Fiqh, Pemikiran dan tema keilmuan lainnya. Beliau sendiri menulis “dan salah satu bentuk pertolongan Allah padaku, adalah aku dimampukan untuk membela sejarah umat kita yang telah dizalimi oleh kaumnya sendiri” {{Al Islam Wal Ilmaniyah wajhan liwajh, Dr Yusuf Al Qardhawi}}
Beliau pun berkali-kali menyampaikan dalam setiap ceramah dan tulisan-tulisannya, bahwa sejarah umat Islam akan berusaha ditutupi oleh mereka yang tak ingin kita bangkit, beliau menulis “jika mereka tidak sanggup menghapus ingatan sejarah kita, maka mereka akan menghancurkannya: menebarkan informasi yang salah, membolak-balik fakta tentang risalah umat, peadabannya, sejarahnya, tokoh-tokohnya dan warisannya. Dan dengan itulah, umat akan lepas dari akar asal-usulnya, generasi barunya akan melaknat generasi awalnya. Jadilah umat tanpa asal-usul dan identitas.”
Salah satu –dari banyak sekali- kesalahan umat ini dalam belajar sejarahnya mnurut Syaikh Qardhawi adalah ketika umat ini hanya menganggap kesuksesan era Khulafaur Rasyidin hanya di masa Umar saja. Banyak riwayat orang liberal yang mengatakan bahwa masa Abu Bakar hanya masa perang murtad, masa Utsman adalah zaman fitnah dan masa Ali hanya diisi perang saudara.
Syaikh Al Qardhawi menjelaskan bahwa inilah salah satu bentuk pedekatan bejalar yang salah kaprah dan terlalu menyederhanakan dengan cara yang zalim.
Di tulisan lainnya, DR Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa umat ini banyak yang menganggap masa-masa setelah Khulafaur Rasyidin hanya diisi oleh pemimpin-pemimpin yang zalim. Bani Umayyah, Abbasiyah, Utsmaniyah dianggap terlalu jauh dari Islam. {{Syariatul Islam Shalihah Lit tathbiq fi Kulli zaman wa makan, Dr Yusuf Al Qardhawi}}
Padahal, masih kata beliau, “itu merupakan sikap yang jauh dari keadilan. Sungguh, ada banyak sekali pemimpin-pemimpin di masa itu yang disifati dengan keadilan dan akhlak mulia.”
Sebagai penutup, izinkan kami mengutip lagi nasihat yang pernah Syaikh Yusuf Qardhawi sampaikan dalam akun Twitter-nya yang juga ditulis dalam salah satu bukunya, “sesungguhnya umat kita adalah umat yang punya visi, mewarisi risalah suci, dan pemilik sejarah yang tinggi. Dan kita tidak akan mengizinkan siapapun untuk mencabik-cabik kita dari karakter kita lalu mengisinya lagi dengan cara berpikir mereka. Sebab kita ini diciptakan bukan untuk mengikuti kehendak mereka, melainkan untuk memimpin dunia dengan risalah Islam yang abadi!”